Jumat, 17 April 2015

TKW Ilegal dari Pasuruan Rata-rata Lulusan Sekolah Dasar

Banyaknya tragedi yang dialami tenaga kerja wanita (TKW) di luar negeri mulai dari penyiksaan, kekerasan seksual hingga hukuman mati tak mengendurkan semangat warga Pasuruan untuk mencari nafkah di negeri orang. Iming-iming gaji besar begitu menggiurkan sehingga banyak yang nekat ke luar negeri meski harus menempuh banyak resiko.

"Mereka maunya jalan pintas, lewat calo dari PJTKI yang nggak jelas. Kontrak mereka nggak jelas, kerja dimana juga nggak tahu yang penting berangkat," kata Kepala Dinas Sosial Tenaka Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertras) Kabupaten Pasuruan, Yoyok Heri Sucipto, di kantornya, Jumat (17/4/2015).

Yoyok mengatakan jumlah TKW Pasuruan yang berangkat melalui calo sangat banyak tersebar di Kecamatan Nguling, Lekok, Winongan dan Gondangwetan. Mereka rata-rata tak memiliki skill yang memadai dan lulusan sekolah dasar. Selain Malaysia, Arab Saudi menjadi negara tujuan mereka meski moratorium pengiriman tenaga kerja ke negeri tersebut belum dicabut.

"Jumlahnya sangat besar, jauh lebih besar dari TKW yang berangkat lewat Disnaker. Kalau melalui kita rata-rata hanya 50 orang pertahun," jelasnya.

Menurut Yoyok, pihak dinas sudah secara rutin melakukan sosialisasi ke warga melalui kecamatan agar tak mempercayai calo dan berangkat melalui dinas. Dengan begitu, pihak dinas akan mudah melakukan pembelaan maupun bantuan jika terjadi masalah di negeri tujuan.

"Sementara ini kan nggak demikian, berangkat lewat calo kalau ada masalah lapor ke kita. Tentu saja kita akan tetap membantu meski kadang mereka tak memiliki selembarpun dokumen," terang Yoyok.

Selain itu, kata Yoyok, jika berangkat melalui dinas, calon tenaga kerja akan dibantu peminjaman biaya keberangkatan ke bank dan ditempatkan di PJTKI yang bertanggungjawab. "Kalau memang tak memiliki skill sama sekali, kita akan memintanya untuk mengurungkan niatnya," kata dia.

Desa Kalirejo Kecamatan Gondangwetan merupakan salah satu desa yang warganya banyak menjadi TKW di Arab Saudi. Tak kurang dari 25 perempuan di desa ini mengaduh nasib di negeri Timur Tengah tersebut. Nurul Huda, sang kepala desa mengatakan semuanya berangkat lewat calo. Mereka tak ambil pusing dari PJTKI apa calo berasal yang penting berangkat.

"Rata-rata sekolahnya sampai SD atau Madrasah Diniyah, bahkan ada yang nggak bisa baca. Jangankan ke dinas, ke pihak desa saja mereka tak melapor. Kalau ada masalah baru melapor kita," kata Huda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar