Jenderal Moeldoko segera melepaskan jabatannya lantaran pensiun per 1
 Agustus 2015. Namun, dia enggan bila diminta masuk Kabinet Kerja.
Sebelumnya
 beredar kabar, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengajukan 
pengunduran diri kepada Jokowi dengan alasan kesehatan dan Moeldoko 
bakal menggantikannya. Namun Panglima TNI itu memilih menjadi pengajar.
"Mau
 mengajar saja (setelah pensiun)," jawab Moeldoko di Gedung DPR, 
Senayan, Jakarta, saat disinggung kesediaannya jika diminta Presiden 
Joko Widodo untuk masuk Kabinet Kerja, Senin (8/6/2015).
Sementara,
 terkait asal calon Panglima TNI, dia mengaku belum tahu akan digilir 
dari Angkatan Darat ke Angkatan Udara atau Laut atau tidak. Hal 
tersebut, lanjutnya, berada di tangan Presiden Jokowi.
Menurut 
dia, TNI hanya sebatas memberikan saran. Namun, dia enggan mengungkap 
masukan seperti apa yang akan disampaikan kepada Presiden Jokowi dengan 
dalih hal ini bersifat internal.
"Itu sudah dijawab oleh Pak Andi
 (Seskab). Sesuai dengan politik keamanan negara, politik pertahanan. 
Itu domain penuh hak prerogratif Presiden. Kalaupun nantinya 
keterlibatan TNI dalam konteks itu, dalam bentuk saran masukan ke 
Presiden," tandas Moeldoko.
Berdasarkan pola yang ada setelah reformasi, lazimnya setelah 
Jenderal Moeldoko (AD), jabatan Panglima TNI diserahkan ke Angkatan 
Udara. Sebelum Jenderal Moeldoko, Panglima TNI dijabat Agus Suhartono 
dari Angkatan Laut.
Saat ini yang menjabat sebagai kepala staf 
Angkatan Udara adalah Marsekal TNI Agus Supriatna. Tapi Wakil Presiden 
Jusuf Kalla mengatakan rotasi seperti itu tak mutlak dilakukan, sebab 
yang dicari adalah yang terbaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar